Seperti definisi politik,
definisi komunikasi politik juga terdapat keberagaman. Misal, Dan Nimmo
mendefinisi komunikasi politik sebagai kegiatan komunikasi yang berdasarkan
konsekuensi-konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatanmanusia di dalam kondisi-kondisi konflik. Definisi ini menggunakan
pendekatan konflik, dan biasanya meliputi hubungan antar partai politik, antar
pemerintah atau antar bangsa yang berhubungan dengan bidang politik.
Menurut Lasswell komunikasi
politik mencakup : pesan politik, persuasi atau ajakan politik, media politik,
khalayak politik adn dampak politik.
Roelofs (dalam Sumarno &
Suhandi, 1993) mendefinisikan komunikasi politik sebagai komunikasi yang materi
pesan-pesan berisi politik yang mencakup masalah kekuasaan dan penempatan pada
lembaga-lembaga kekuasaan (lembaga otoritatif). Definisi ini menggunakan
pendekatan kekuasaan dan kelembagaan (baca: pandangan politik).
Secara sederhana, komunikasi
politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan
politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan,
dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan,
komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami
sebagai komunikasi antara “yang memerintah” dan “yang diperintah”.
Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang
kongkret sebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen, tukang
ojek, penjaga warung, dan seterusnya. Dalam praktiknya, komuniaksi politik sangat kental dalam kehidupan
sehari-hari. Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak
berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian
komunikasi politik. Berbagai penilaian dan analisis orang awam berkomentar soal
kenaikan BBM, ini merupakan contoh kekentalan komunikasi politik. Sebab, sikap
pemerintah untuk menaikkan BBM sudah melalui proses komunikasi politik dengan
mendapat persetujuan DPR
PENGERTIAN KOMUNIKATOR POLITIK
Meskipun setiap orang boleh berkomunikasi tentang
politik, namun yang melakukannya secara tetap dan berkesinambungan jumlahnya
relatif sedikit. Walaupun sedikit, para komunikator politik ini memainkan peran
sosial yang utama, terutama dalam proses opini publik. Dan Nimmo (1989)
mengklasifikasikan komunikator utama dalam politik sebagai berikut: politikus;
professional; dan aktivis.
1. Politikus
Politikus adalah orang yang bercita-cita untuk dan
atau memegang jabatan pemerintah, tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk,
atau pejabat karier, dan tidak mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif,
legislatif, atau yudukatif. Daniel Katz (dalam Nimmo, 1989) membedakan
politikus ke dalam dua hal yang berbeda berkenaan dengan sumber kejuangan
kepentingan politikus pada proses politik. Yaitu: politikus ideolog
(negarawan); serta politikus partisan.
a). Politikus ideolog adalah orang-orang yang dalam
proses politik lebih memperjuangkan kepentingan bersama/publik. Mereka tidak
begitu terpusat perhatiannya kepada mendesakkan tuntutan seorang langganan atau
kelompoknya. Mereka lebih menyibukkan dirinya untuk menetapkan tujuan kebijakan
yang lebih luas, mengusahkan reformasi, bahkan mendukung perubahan
revolusioner-jika hal ini mendatangkan kebaikan lebih bagi bangsa dan negara.
b). Politikus partisan adalah orang-orang yang dalam
proses politik lebih memperjuangan kepentingan seorang langganan atau
kelompoknya.
Dengan demikian, politikus utama yang bertindak
sebagai komunikator politik yang menentukan dalam pemerintah Indonesia adalah:
para pejabat eksekutif (presiden, menteri, gubernur, dsb.); para pejabat
eksekutif (ketua MPR, Ketua DPR/DPD, Ketua Fraksi, Anggota DPR/DPD, dsb.); para
pejabat yudikatif (Ketua/anggota Mahkamah Agung, Ketua/anggota Mahkamah
Konstitusi, Jaksa Agung, jaksa, dsb.).
2. Profesional
Profesional adalah orang-orang yang mencari nafkahnya
dengan berkomunikasi, karena keahliannya berkomunikasi. Komunikator profesional
adalah peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi
komunikasi yang sedikitnya mempunyai dua dimensi utama: munculnya
media massa; dan perkembangan serta merta media khusus (seperti majalah
untuk khalayak khusus, stasiun radio, dsb.) yang menciptakan publik baru untuk
menjadi konsumen informasi dan hiburan. Baik media massa maupun media
khusus mengandalkan pembentukan dan pengelolaan lambang-lambang dan khalayak
khusus.
Di sini masuklah komunikator profesional ”yang
mengendalikan keterampilan yang khas dalam mengolah simbol-simbol dan yang
memanfaatkan keterampilan ini untuk menempa mata rantai yang menghubungkan
orang-orang yang jelas perbedaannya atau kelompok-kelompok yang dibedakan”.
James Carey (dalam Nimmo, 1989) mengatakan bahwa
komunikator profesional adalah makelar simbol, orang yang menerjemahkan sikap,
pengetahuan, dan minat suatu komunitas bahasa ke dalam istilah-istilah
komunitas bahasa yang lain ang berbeda tetapi menarik dan dapat dimengerti.
Komunikator profesional beroperasi (menjalankan kegiatannya) di bawah desakan
atau tuntutan yang, di satu pihak, dibebabankan oleh khalayak akhir dan, di
lain pihak , oleh sumber asal. Seperti politikus yang dapat dibedakan politikus
ideolog dan partisan, profesional mencakup para jurnalis pada satu sisi, dan
para promotor pada sisi lain.
a). Jurnalis : Kita membicarakan jurnalis sebagai
siapun yang berkaitan dengan media berita dalam pengumpulan, persiapan,
penyajian, dan penyerahan laporan mengenai peristiwa-peristiwa. Ini meliputi
reporter yang bekerja pada koran, majalah, radio, televisi, atay media lain;
koordinator berita televisi; penerbit; pengarah berita; eksekutif stasiun atau
jaringan televisi dan radio; dan sebagainya. Sebagai komunikator profesional,
jurnalis secara khas adalah karyawan organisasi berita yang menghubungkan
sumber berita dengan khalayak. Mereka bisa mengatur para politikus untuk
berbicara satu sama lain, menghubungkan politikus dengan publik umum,
menghubungkan publik umum dengan para pemimpin, dan membantu menempatkan
masalah dan peristiwa pada agenda diskusi publik.
b). Promotor adalah orang yang dibayar untuk
mengajukan kepentingan langganan tertentu. Yang termasuk ke dalam promotor
adalah agen publisitas tokoh masyarakat yang penting, personel hubungan
masyarakat pada organisasi swasta atau pemerintah, pejabat informasi publik
pada jawatan pemerintah, skretaris pers kepresidenan, personel periklanan
perusahaan, manajer kampanye dan pengarah publisitas kandidat politik,
spesialis teknis (kameraman, produser dan sutradara film, pelatih pidato, dsb.)
yang bekerja untuk kepentingan kandidat politik dan tokoh masyarakat lainnya,
dan semua jenis makelar simbol yang serupa.
3. Aktivis
Aktivis adalah komunikator politik utama yang
bertindak sebagai saluran organisasional dan interpersonal. Pertama, terdapat
jurubicara bagi kepentingan yang terorganisasi. Pada umumnya orang ini tidak
memegang ataupun mencita-citakan jabatan pada pemerintah; dalam hal ini
komunikator tersebut tidak seperti politikus yang membuat politik menjadi
lapangan kerjanya. Jurubicara ini biasanya juga bukan profesional dalam
komunikasi. namun, ia cukup terlibat baik dalam politik dan semiprofesional
dalam komunikasi politik. Berbicara untuk kepentingan yang terorganisasi
merupakan peran yang serupa dengan peran politikus partisan, yakni mewakili
tuntutan keanggotaan suatu organisasi. dalam hal lain jurubicara ini sama
dengan jurnalis, yakni melaporkan keputusan dan kebijakan pemerintah kepada
anggota suatu organisasi. Kedua, terdapat pemuka pendapat yang bergerak dalam
jaringan interpersonal.
Sebuah badan penelitian yang besar menunjukkan bahwa banyak
warga negara yang dihadapkan pada pembuatan keputusan yang bersifat politis,
meminta petunjuk dari orang-orang yang dihormati mereka. Apakah untuk
mengetahui apa yang harus dilakukannya atau memperkuat putusan yang telah
dibuatnya. Orang yang dimintai petunjuk dan informasinya itu adalah pemuka
pendapat.
Mereka tampil dalam dua bidang:
a. Mereka sangat mempengaruhi keputusan orang lain;
artinya, seperti politikus ideologis dan promotor profesional, mereka
meyakinkan orang lain kepada cara berpikir mereka.
b. Mereka meneruskan informasi politik dari media
berita kepada masyarakat umum. Dalam arus komunikasi dua tahap gagasan sering
mengalir dari media massa kepada pemuka pendapat dan dari mereka
kepada bagian penduduk yang kurang aktif banyak studi yang membenarkan
pentingnya kepemimpinan pendapat melalui komunikasi interpersonal sebagai alat
untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang penting.
PENGERTIAN OPINI PUBLIK
Menurut James Bryces dalam “Modern Democracy” opini
public merupakan kumpulan pendapat dari sejumlah orang tentang masalah-masalah
yang dapat mempengaruhi atau menarik minatatau perhatian masyarakat didalam
suatu daerah tertentu.
Secara sederhana opini public merupakan kegiatan untuk
mengungkapkan atau menyampaikan apa yang oleh masyarakat tertentu diyakini,
dinilai dan diharapkan oleh seseorang untuk kepentingan mereka dari situasi
tertentu (issue diharapkan dapat menguntungkan pribadi atau kelompok).
Pendekatan prinsip terhadap kajian opini publik dapat
dibagi menjadi 4 kategori: pengukuran kuantitatif terhadap distribusi opini; penelitian terhadap hubungan internal antara opini individu
yang membentuk opini publik pada suatu permasalahan; deskripsi tentang atau
analisis terhadap peran publik dari opini publik; kajian baik terhadap
media komunikasi yang
memunculkan gagasan yang menjadi dasar opini maupun terhadap penggunaan media
oleh pelaku propaganda dan manipulasi
Opini adalah tindakan
mengungkapkan apa yang dipercayai, dinilai dan diharapkan seseorang dari objek
dan situasi tertentu. Opini memiliki beberapa proses
yang dikenal dengan konstruksi, yaitu :
a. Konstruksi personal. Opini
berupa pengamatan dan interpretasi atas sesuatu secara sendiri-sendiri dan
subjektif.
b. Konstruksi sosial. Konstruksi
ini terdiri dari- Opini kelompok. Opini pribadi di atas kemudian diangkat dalam
kelompok tertentu. Maka jadilah opini kelompok. - Opini rakyat Opini yang tersistematiskan melalui jalur yang bebas seperti
pemilihan umum atau hasil polling. - Opini massa yaitu opini
yang berserakan, ini bisa berbentuk budaya atau konsensus. Inilah yang oleh para politikus disebut sebagai opini publik. Konstruksi politik. Ketiga opini hasil konstruksi sosial diatas dihubungkan
dengan kegiatan pejabat publik yang mengurus masalah kebijakan umum. Inilah
opini publik yang dikaji dalam komunikasi politik.
Di bidang politik, dalam pemilihan presiden, banyak
pemberi suara yang membawa kepada kampanye pemilihan konsepsi tentang
sifat-sifat yang paling diinginkan kepada pemegang jabatan pemerintah. Citra
tentang pemegang jabatan yang ideal ini memberikan garis besar, atau standar,
yang digunakan oleh pemberi suara untuk dibandingkan dan menilai sifat-sifat
yang dipersepsinya pada kandidat yang benar-benar mencalonkan diri untuk
jabatan.
Beberapa studi melaporkan, para pemilih mencari sifat
abstrak seperti kedewasaan, kejujuran, kesungguhan, kekuatan, kegiatan dan
energi. Gabungan ini sebenarnya merupakan gabungan sifat hero, dengan dimensi
kepribadian yang kuat (Nimmo dan Savage, dalam Nimmo, 1989 : 210). Kepribadian
ini menjadi faktor utama tumbuhnya kedibilitas seorang calon presiden.
Dalam kaitannya dengan kredibilitas ini, studi lain,
yakni studi Miller dan Jackson (1976) menemukan, pertama, struktur
citra rakyat tentang pemegang jabatan sangat stabil, dan memiliki
dimensi-dimensi yang jelas, termasuk bagaimana orang membayangkan sifat
pribadi. Latar belakang profesional, afiliasi partai, dan pendirian ideologis
kandidat yang ideal; kedua, perbandingan citra ideal pemberi suara dengan persepsi
mereka tentang kandidat pada dimensi-dimensi sifat personal dan latar belakang
profesional menyajikan perkiraan yang akurat tentang hasil pemilihan umum
(dalam Nimmo, 1989 : 210)
Faktor ketiga adalah konsonansi (kesesuaian). Anda
mungkin pernah merasakan, bahwa ada tokoh yang anda sukai di samping yang tidak
disukai. Untuk tokoh yang tidak anda sukai, begitu muncul di televisi,
misalnya, setiap pesan yang disampaikan tidak pernah sampai ke memori anda.
Anda memiliki predisposisi untuk menolaknya, karena tidak adanya
ketidaksesuaian antara pesan yang datang dengan informasi yang ada dalam memori
anda. Sebaliknya, pada tokoh yang anda sukai, pesan darinya akan mudah anda
terima, karena sudah ada kesesuaian antara pesan yang datang dengan simpanan informasi
di memori anda. Faktor inilah yang menjadi salah satu alasan banyak artis
terkenal (penyanyi, pemain sinetron dll) tertarik untuk terjun ke dunia politik
dan banyak partai politik yang tergoda mengambil jalan pintas dengan merekrut
artis sebagai calon anggota legislative.
Faktor keempat, adalah signifikansi. Dalam
media massa, ada informasi yang penting dan sangat berarti bagi anda,
tetapi ada yang tidak. Informasi yang signifikansinya bisa berlaku lebih luas,
dan bisa pada khalayak.
Faktor lain yang juga penting adalah dukungan
komunikasi antarpribadi. Dalam teori ”komunikasi dua tahap” (two step flow),
dikatakan bahwa komunikasi massa sering tidak efektif. Dalam berbagai
penelitian terbukti, komunikasi massa akan lebih efektif bila
disertai dan didukung komunikasi antarpersona.